View Larger Map,center/>

Minggu, 14 Juni 2009

Goreng Endok Gawe Kompor Gas Rasane Eenuuuuuuuak

Beberapa warga di kawasan Trenggalek baru saja mendapatkan kompor gas beserta LPG 3 Kg, sebagai tindak lanjut program pemerintah yaitu " konversi minyak tanah ke gas ". Terlepas dari pandangan miring sebagian masyarakat yang menganggap bahwa konversi ini ditunggangi kepentingan-kepentingan politik jelang pilpres terutama pihak incumbent kontestan pilpres, Konversi mitan kegas ini memberikan nilai plus bagi masyarakat. Khususnya masyarakat kecil, masyarakat pedesaan, masyarakat pinggiran, masyarakat yang bertahun-tahun sudah terbiasa memasak di tungku dengan kayu bakar dan " gas alam " ( tiap apinya padam selalu ditiup sehingga gas alami keluar dari mulut ). Merekapun telah terbiasa berbau " sangit " dan blepotan " angus " tiap selesai memasak.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pengguna kompor gas identik dengan orang berpunya, orang ningrat bukan golongan orang-orang melarat. Sehingga masyarakat kecil dan pinggiran sering berangan-angan betapa enaknya memasak menggunakan kompor gas seperti juragan-juragan yang dilihatnya di TV. Nah sekarang impian itu terwujud, tak hanya konglomerat tetapi " bakul tomat " juga memasak dengan kompor gas, tak hanya bupati dan polisi, Petani juga memasak menggunakan kompor gas, tak hanya buguru, tukang batupun merasakan hal yang sama. Sekat-sekat itu kini hilang berkat konversi mitan ke gas.

Ada cerita lucu yang terjadi disekitar rumah saya, kebetulan sekitar jam 06.30 ada segerombolan anak SD berangkat sekolah. Di tengah jalan ada salah satu anak yang bercerita tentang Emaknya yang baru saja membuat menu sarapan pagi menggunakan kompor gas barunya." Esuk mau Emak goreng endok gawe kompor gas rasane ki eenuuuuuuuak...."Kontan saja , saya yang dari tadi sengaja memperhatikan anak-anak itu mesam-mesem dewe sembari bertanya dalam hati. " Telurnya tadi bisa eenuuuuuuak gara-gara kompor gasnya atau memang jarang makan telur ya?". Maklum orang desa , jangankan telur, tahu, tempe tiap sarapan cukup dengan sambel terong atau sambel plelek..dan keadaan ini mungkin juga tetap terjadi meskipun memasaknya menggunakan kompor gas.

Lalu yang menjadi pertanyaan saya apakah masyarakat trenggalek nantinya bisa sejahtera hanya dengan kompor gas....? Bagaimana dengan pemenuhan LPG nantinya...Bagaimana kalau ada kelangkaan LPG....? apakah nanti bakal ada konversi LPG ke kayu bakar...? Wah pertanyaan itu sepertinya bukan hak saya untuk menjawabnya. Monggo dijawab sendiri-sendiri..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar