View Larger Map,center/>

Senin, 22 Juni 2009

Penyiar = Guru ( Pendengar Krungu Lan Niru )

Media massa adalah salah satu kekuatan negara yang dapat memberikan informasi apa saja. Dikota dan di desa semua bisa mengakses informasi melalui koran, majalah, TV dan yang sangat dekat dengan masyarakat trenggalek adalah Radio. Kenapa Radio ? karena saat ini yang menjamur di kota trengglek adalah radio, mulai dari radio yang berstatus resmi, setengah resmi, sampai tak berstatus. Tidak hanya di kota tetapi di setiap desa ada stasiun radio, di pinggiran juga lumayan banyak. Sampai kapanpun radio masih menjadi salah satu media massa favorit dengan keunggulan-keunggulan yang dimilikinya seperti : informasinya cepat diterima oleh pendengar, menghadirkan musik yang menjadi kesenangan pendengar, dekat dengan pendengar, pendengar radio bisa mendengarkan radio dengan melakukan aktifitas dll. Nah keunggulan-keunggulan inilah yang menjadikan radio berhasil meraih simpati massa cukup banyak terutama di daerahnya.

Keunggulan radio ini seharusnya menjadikan awak-awak radio baik programmer, penyiar dan pihak-pihak radio lainnya sadar untuk memberikan yang terbaik dan santun bagi pendengarnya. Disadari atau tidak radio salah satu media pendidik bagi masyarakat, terutama penyiar yang langsung berinteraksi dengan pendengar lewat tutur katanya. Kalau guru digugu lan ditiru maka penyiar juga seperti guru ( pendengar krungu lan niru ). Kalupun penyiar adalah guru berarti haruslah prihatin karena masih banyak ditemukan para penyiar di kota trenggalek sering menggunakan tutur kata yang maaf kurang sopan dan kurang mendidik serta tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sehingga pesan-pesan moral yang menjadi visi misi media hilang tanpa bekas.

Meski demikian patutlah kita senang dengan gregetnya KPI ( Komisi Penyiaran Indonesia ) yang senantiasa mengevaluasi media massa yang dinilai kurang mendidik bagi masyarakat, satu contoh menghentikan penayangannya program 4 mata. Namun bagaimana dengan Trenggalek, ...?bagaimana dengan penyiaran radio-radio ditrenggalek......? KPI belum menyentuh ke hal-hal yang bersifat kedaerahan, sehingga pendengarlah yang harus lebih kritis terhadap apa yang didengarnya, meluruskan yang salah dan mendukung yang baik tentunya dengan cara yang bijaksana.

Orang-orang radio seharusnya menyadari masih jauh dari harapan namun harus tetap bekerja keras dengan sadar untuk menyampaikan dengan baik, santun dan mendidik masyarakat Trenggalek untuk menuju kemajuan, membawa nilai-nilai moril ketimuran yang takkan pernah lekang dimakan masa dan menerima pembaruan-pembaruan dengan filter yang bijaksana.Bebas berkreasi dan bertanggung jawab. Kalau ada yang baik dan diterima kenapa harus yang jelek !

2 komentar:

aris.a.fillah mengatakan...

Penyiar = Guru

Guru = Penyiar,
karena guru (utamanya guru-guru tempoe doeloe) senengnya menggunakan metode ceramah. Bedanya cuman satu, kalo penyiar (kaya'mbak Nabil ne ne) ada selingan tembang2 yang uasyik, but kalo guru, engga' sama sekali.
so pasti, bikin BT-BeTe-BT ....29X ....

RiriS

aris.a.fillah mengatakan...

Ada beda lagi, kalo guru bosen ceramah, pasti menggunakan metode CTL (Catet Tinggal Lungo).

Kalo mbak Nabil, kalo lg BeTe g'mau ceramah or siaran, paling2 yo mung ngambek g'gelem masuk alias mbolos, getu .. Ha..ha..

Posting Komentar